Kaasab dan Sumisi, Dewa Petir kepercayaan suku-suku Dusunic North Borneo

Leave a Comment
Kaasab merupakan salah satu roh berkuasa di awan-awan dalam kepercayaan agama tradisional Dusunic (Momogun). Roh ini merupakan roh yang paling agresif sekali di kalangan roh-roh yang berkuasa di awan-awan. Dewa ini ketika dilihat akan memiliki wujud seperti monyet. Menurut kepercayaan kaum Dusunic, musuh utama dewa ini adalah satu roh yang dipanggil “Sumisi.” Kedua-dua dewa ini tidak pernah damai dan selalu berperang sesama sendiri di awan-awan. Ketika dewa petir ini betarung dengan Sumisi, dia akan mengeluarkan ribut kencang. Selain daripada itu, kepercayaan lama juga mengatakan bahwa ribut kencang merupakan petanda bahwa ada manusia di “Riniba” yang melanggar “pantangan petir,” kerana zaman dulu orang menghormati dewa petir, dengan tidak melakukan perlanggaran pada pantang-pantang "gonit (petir)".

Gambar : Jamz Zee (FB)

Salah satu pantangan itu adalah mentertawakan kucing atau anjing. Satu pengalaman sewaktu kecil dengan bapa di sawah padi, ketika saya dan bapa sedang tidur di “sulap (pondok menyimpan padi)" tengah-tengah sawah, tiba-tiba ribut kencang datang menerbangkan bumbung sulap kami walaupun ketika itu tidak ada awan mendung, ini sangat menghairankan. Maka bapa saya berkata kepada saya “itulah di rumah tadi, kw ketawakan kucing,” barulah sy teringat, di rumah saya mentertawakan seekor kucing yang tersangkut di jaring “rambat (jala).” Selain itu, Kaasab juga kononya akan membuat anak-anak sakit, ketika “pantangan petir” ini dilanggar. Kepercayaan ini walaupun saat ini diberikan label “karut”, tapi inilah kode etika dan moral nenek moyang kita pada zaman dahulu, tujuannya sangat baik, supaya kita respect pada alam dan binatang ciptaan lain.

Kembali ke topik, meskipun Kaasab ini dewa yang paling agresif di awan-awan, tapi dia selalu kalah dalam pertarungan dengan dewa Sumisi. Dari segi etymologi, istilah “Kaasab” berasal dari istilah Dusunic “aasab,” yang ertinya “benci” atau “pembenci.” Istilah “aasab” juga dipakai untuk orang yang tidak suka ditegur; makin ditegur makin melawan. Menurut kepercayaan, setiap kali “Tulun Riniba (Manusia di bumi)” melanggar “pantangan petir (thunder tabus)”, Kaasab selalunya menuduh penyebabnya adalah “Sumisi,” maka Kaasab akan menyerang Sumisi untuk membalas dendam. Dalam pertempuran itu, ketika Kaasab bersembunyi di pohon, Sumisi akan menembaknya dengan giginya sehingga terjadinya petir.

Dewa Sumisi pula ketika dilihat, memiliki wujud seperti seekor tupai. Menurut kepercayaan lain, Tonsimong dan Sambawon juga dua dewa yang suka bertarung di langit, sehingga terjadi ribut petir dan hujan yang lebat. Ketika kedua-duanya bertarung, Sumisi akan memihak dan membantu Dewa Tonsimong untuk melawan Sambawon. Maka, hujan ribut juga merupakan tanda peperangan di awan-awan oleh Tonsimong dan Sambawon, yang juga merupakan roh-roh berkuasa di angkasa. Namun dalam pertempuran antara Tonsimong dan Sambawon, Sambawon selalunya akan menang. Tonsimong merupakan roh yg jahat, semantara Sambawon pula roh yg baik.

Sumber : Aki Rumantai (FB)

0 comments:

Post a Comment